Extending the Salesforce CLI with a Custom Plugin

As more services move to the cloud and DevOps methodologies continue to evolve, more and more developers are getting comfortable with working in the terminal. Whereas traditional CLI commands like…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




this is me dealing with confrontation after a long time of not taking a stand

Rasanya agak bergetar saat melihat ada orang secara langsung mention kamu dan bilang kalo dia ga setuju sama pendapat kamu. Aku termasuk orang yang tidak menyukai kontroversi dan perdebatan yang menyangkut diriku sendiri. Apalagi zodiakku Libra yang menginginkan terjadinya keseimbangan dalam segala hal yang aku perbuat. Saking jarangnya di-confront orang lain, hatiku sampai bergetar, sampai-sampai aku perlu menulis teks ini karena aku merasa tidak tenang.

Sering kali aku merasa bahwa diriku dan pendapatku sajalah yang paling benar. Paling sempurna. Bergetar hati ini mengakui bahwa ada pandangan lain milik orang lain yang mungkin bersinggungan dengan pandanganku. Perlu diakui bahwa di satu sisi idealismeku terlalu tinggi, sehingga membuatku memandang dunia hanya dengan kacamata yang sempit. Namun disisi lain, pandanganku adalah sesuatu yang membentuk aku, aku. Ia tidak lepas dari aku. Menolak pandanganku artinya sama dengan menolak aku.

Aku termasuk sulit untuk mengakui bahwa aku salah, apalagi saat di-confront terang-terangan.

Dunia ini punya banyak pandangan. Aku tidak tahu apakah aku harus menyalahkan diriku karena berpikiran ‘sempit’ meski pandanganku termasuk ‘luas’. menyalahkan diriku yang tidak tahu apa yang lebih baik hanya akan membuatku mengekang diriku. Mungkin baik adanya aku mulai merasa kebiasaan diriku tidak mau kalah ini sebagai sesuatu yang perlu diubahkan. Kalau begini terus sepanjang masa, adanya aku tidak akan berkembang.

Lalu, bagaimana caranya untuk menerima pendapat orang lain? Juga, bagaimana menerima bahwa kamu tidak selalu benar? Sepertinya pertanyaan kedua bisa dijawab dengan pertanyaan pertama, dan sebaliknya: ada pendapat orang lain, yang kebetulan berbeda dengan pendapat kamu. Ada kalanya kamu benar, ada kalanya kamu salah. Dia juga begitu; ada kalanya dia salah, ada kalanya dia benar. Kalau salah, sebaiknya kamu belajar mengakui kalau kamu salah. Mulailah pelajari apa yang benar dan jangan lakukan seperti sebelumnya, karena kamu salah.

Akan ada waktunya orang lain memberitahu kamu salah, namun dengan cara yang tidak sopan. Kamu harus akui itu akan terjadi. Terima apa yang baik, jangan ikuti apa yang buruk. Ada kalimat di sebuah fanfiksi yang baru aku baca, tertulis: ‘Cukup kebaikan kita saja yang gratis. Kebaikan orang lain, perlulah kita bayar.’ Toh, niatnya memberi tahu adalah sesuatu yang baik. Mungkin seperti itu yang bisa kita tangkap. Putuskanlah lingkarang ketidaktahuan itu di kita dan tetaplah menjadi baik untuk diri sendiri dan orang yang ada di sekitar kita.

Add a comment

Related posts:

How Cloud Computing Accelerates Big Data Implementation?

You know cloud computing and big data is up coming technology that can do much more . With the disruptive innovation, monetization and the competitive advantage data and analytics have brought to…